Nabi
ﷺ dikelilingi oleh orang-orang istimewa. Orang-orang yang tidak hanya
shaleh secara spiritual, tapi mereka juga memiliki keunggulan
individual. Merekalah para sahabat yang mulia. Di antara mereka ada yang
menjadi gambaran seorang pemberani. Ada yang bijaksana, tegas,
dermawan, cerdas, sangat sabar, dll. Salah satu dari pribadi istimewa
itu adalah Qays bin Saad bin Ubadah radhiallahu ‘anhuma.
Qays adalah seorang tokoh Anshar. Saat usianya
masih sangat muda, orang-orang Anshar sudah memandangnya sebagai seorang
tokoh besar mereka. ditokohkan karena senioritas usia dan pengalaman
adalah lumrah. Namun saat masih muda telah menyandang kedudukan
demikian, tentu istimewa. Namun sayang, secara penampilan, Qays belum
komplit disebut pemimpin. Karena ia tak berjenggot. Jenggot kadung
dianggap sebagai aksesoris seorang pemimpin. Rambut di dagu itu
melahirkan aura wibawa yang tak dimiliki oleh dagu-dagu yang licin.
Lihatlah pemimpin dunia yang melegenda. Dagu mereka tidak klimis. Ada
rambut penanda bahwa mereka seorang laki-laki yang berwibawa.
Orang-orang Anshar mengatakan, “Seandainya kami bisa membelikan jenggot
untuk Qays dengan harta-harta kami, pasti kami lakukan.”
Siapakah Qays?
Qays adalah pembantu Nabi ﷺ. Sahabatnya
sekaligus panglima pasukannya. Ia adalah tokoh kabilah Khazraj, putra
dari tokoh Khazraj dan Anshar, kakek dan buyutynya pun seorang tokoh
Khazraj. Jiwa kepemimpinan yang seolah-olah terwarisi. Ayahnya adalah
seorang sahabat yang mulia, Saad bin Ubadah bin Dulaim radhiallahu ‘anhu.
Kakeknya adalah Ubadah bin Dulaim bin Haritsah as-Sa’idi al-Khazraji.
Ibunya adalah Ummu Fukaihah binti Ubaid bin Dulaim al-Khazrajiyah.
Keluarganya adalah keluarga terpandang di tengah bangsa Arab. Karena terkenal dengan kedermawanannya.
Adapun kun-yahnya adalah Abul Fadhl. Ada juga yang mengatakan Abu Abdullah. Atau Abu Abdul Malik.
Amr bin Dinar mengatakan, “Qays adalah seorang yang besar badannya.
Kepalanya kecil. Tidak berjenggot. Kalau ia menunggangi keledai, kakinya
terseret-seret menyentuh tanah. Ia pernah datang ke Mekah, lalu ada
orang yang berkata, ‘Siapa yang ingin membeli daging onta?’
(mengungkapkan besarnya badan Qays).”
Walaupun berbadan besar dan tak berjenggot, tapi Qays adalah seorang yang tampan.
Kedudukannya
Ketika ayah Qays, Saad bin Ubadah radhiallahu ‘anhu, memeluk
Islam, ia memegang tangan putranya dan membawanya ke hadapan Rasulullah
ﷺ. “Ini adalah pembantumu wahai Rasulullah.”, kata Saad. Rasulullah ﷺ
pun memandangi Qays dan melihat aura kebaikan pada dirinya. Kemudian
beliau ﷺ mendekatkan Qays di sisinya. Qays pun menempati kedudukan mulia
sebagai orang yang dekat dengan Nabi ﷺ.
Diriwayatkan oleh at-Turmudzi, Abu Nu’aim al-Ashbahani, dan selain
keduanya banyak hadits yang menjelaskan tentang khidmat Qays bin Saad radhiallahu ‘anhuma di rumah kenabian. Seperti hadits:
عَنْ قَيْسِ بْنِ سَعْدِ بْنِ عُبَادَةَ: أَنَّ أَبَاهُ دَفَعَهُ إِلَى
النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم يَخْدِمَهُ، قال: فَأَتَى علىَّ النَّبِيّ
صَلَّى اللَّهُ عليه وسلم، وقَدْ صَلَّيْتُ، قال: فَضَرَبَنِي بِرِجْلِهِ،
وَقَال: “أَلا أَدُلُّكَ عَلَى بَابٍ مِنْ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ؟”، قُلْتُ:
بَلَى، قال: “لا حَوْلَ ولا قُوَّةَ إِلا بِاللَّهِ
Dari Qays bin Saad bin Ubadah, ayahnya menyerakan Qays kepada Nabi ﷺ
untuk menjadi pembantu beliau. Qays berkata, “Nabi ﷺ datang menemuiku,
saat itu aku baru selesai dari shalat. Beliau menyentuhku dengan
kakinya. Kemudian bersabda, ‘Maukah aku tunjukkan engkau dengan pintu di
antara pintu-pintu surga?’ ‘Tentu’, jawabku. Beliau bersabda,
‘(ucapkanlah dzikir) laa haula walaa quwwata illaa billaah’.” (HR.
at-Turmudzi dan al-Albani berkomentar ‘Hadits ini shahih’).
Dari Maimun bin Abi Syabib, dari Qays bin Saad radhiallahu ‘anhuma, ia berkata,
“دَفَعَنِي أَبِي إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخْدُمُهُ”
“Ayahku menyerahkanku kepada Nabi ﷺ agar aku membantu beliau.”
وَعَنْ مَرْيَمَ بْنِ أَسْعَدَ، قَالَ: “كُنْتُ مَعَ قَيْسِ بْنِ سَعْدٍ،
وَقَدْ خَدَمَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَشْرَ
سِنِينَ، تَوَضَّأَ وَمَسَحَ عَلَى خُفَّيْهِ
Dari Maryam bin As’ad, ia berkata, “Aku pernah bersama Qays bin Saad.
Ia berkhidmat (menjadi pembantu) Nabi ﷺ selama 10 tahun. Ia menyiapkan
wudhu dan mengusapkan sepatu beliau.”
Diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu
bahwasanya Qays bin Saad bin Ubadah bagi Nabi ﷺ kedudukannya bagaikan
pemiliki syarat di sisi pemimpin. Karena dia diserahkan beberapa urusan.
Ketika Kota Mekah berhasil dibebaskan pada tahun 8 H, Saad berkata
kepada Nabi ﷺ agar Qays digeser dari posisi yang beliau berikan. Sang
ayah khawatir anaknya mengutamakan sesuatu. Lalu Nabi pun menepikannya.
Ibnu Syihab mengatakan, “Yang membawa bendera Anshar bersama
Rasulullah ﷺ adalah Qays bin Saad bin Ubadah.” Rasulullah ﷺ memberinya
bendera (kepemimpinan) pada saat pembebasan Kota Mekah, setelah beliau ﷺ
mencopot ayahnya karena berkata (kepada Abu Sufyan), “Hari ini adalah
hari pembalasan. Hari saat yang haram dihalalkan. Dan hari ini Allah
menghinakan kaum Quraisy”. Lalu Rasulullah ﷺ membantahnya dengan
sabdanya, “Hari ini adalah hari kasih sayang. Hari dimana Allah muliakan
orang-orang Quraisy”.
Mereka Allah muliakan dengan memeluk Islam. Siapa yang memeluk Islam, maka ia mulia. tidak lagi menyembah kepada sesama makhluq (sesama ciptaan). Tapi berganti menyembah sang Khaliq (sang Pencipta). Mereka menjadi merdeka karena terbebas dari penghambaan kepada selain Allah.
Dari ‘Ashim bin Amr bin Qatadah, Rasulullah ﷺ menugaskan Qays bin Saad bin Ubadah mengambil zakat. Qays bin Saad bin Ubadah radhiallahu ‘anhuma
adalah seorang pemimpin yang ditaati, kaya, dermawan, salah seorang
sahabat yang utama, orang Arab yang paling berani dan paling dermawan.
Ia juga memiliki pemikiran yang bijak dan tepat. Juga pandai dalam
strategi perang. Dan keluarganya adalah keluarga yang terpandang.
Abu Umar al-Waqidi mengatakan, “Qays bin Saad bin Ubadah merupakan
salah seorang sahabat Rasulullah ﷺ yang paling dermawan dan paling
pemberani. Ia merupakan singanya bangsa Arab. Seorang cendekiawan yang
pandai dalam strategi perang. Tak terbantahkan lagi, ia adalah pemuka
kaumnya. Dia, ayahnya, dan kakeknya adalah tokoh kaumnya. Dia, ayahnya,
dan saudara laki-lakinya, Said bin Saad bin Ubadah adalah sahabat Nabi
ﷺ.”
Kedermawanan Putra Kabilah Khazraj
Qays bin Saad memiliki karakter mulia yang banyak. Sebagaimana telah
disinggung sebelumnya. Namun yang begitu menonjol adalah sifat dermawan
dan cerdas. Kedermawanan Qays layaknya warisan keluarga. Sejak dulu,
orang-orang Arab telah mengenal kakek dan ayahnya sebagai dermawannya
bangsa Arab. Mereka melayani tamu di siang hari. Dan menghidupkan api
(memasak) mengundang orang asing untuk makan di malam hari.
Orang-orang mengatakan, “Siapa yang ingin lemak atau daging (siapa
yang ingin gemuk), datanglah ke tempat makan Dulaim bin Haritsah.
Kemudian pembantu Ubadah juga mengundang orang untuk yang demikian.
Setelah Ubadah wafat, pembantunya Saad juga mengundang untuk itu”.
Nafi’ mengatakan, “Kemudian aku melihat Qays bin Sad bin Ubadah (bin Dulaim), dia adalah orang yang paling dermawan”.
Dikenal sebagai dermawan artinya telah berulang kali melakukan
perbuatan derma. Saking seringnya perbuatan derma itu dilakukan hingga
ia melekat kepada pelakunya dan disebut sebagai dermawan. Lalu
bayangkan! Kedermawanan keluarga Qays telah dikenal sejak buyutnya.
Orang-orang Arab dikenal dengan mudah memberi. Ketika orang-orang Arab
menyifati seseorang dengan dermawan artinya orang tersebut sangat sering
memberi. Apalagi ia disifati yang paling dermawannya dari bangsa Arab.
Alangkah luar biasanya keluarga Qays dalam memberi.
Abdul Malik bin Said bin Saad bin Ubadah
mengabarkan bahwa dulu Dulaim mempersembahkan 10 onta untuk Manat setiap
tahun. Kemudian diteruskan oleh Ubadah. Kemudian Saad melanjutkannya.
Ketika Qays bin Saad memeluk Islam, ia mengatakan, “Sungguh akan
kupersembahkan untuk Ka’bah.” Maksudnya agar dinikmati bagi peziarah
Ka’bah.
Qays bin Saad pernah berdoa, “Ya Allah,
karuniakanlah aku keterpujian dan kehormatan. Sesungguhnya tidak ada
sifat terpuji kecuali dengan melakukan sesuatu (aksi nyata). Dan tidak
ada kehormatan kecuali dengan harta. Ya Allah, yang sedikit itu tidak
memperbaikiku dan aku tidak memperbaiki keadaan (orang lain) dengannya”.
Ada seseorang yang datang untuk berutang kepada Qays sebanyak 3000.
Ketika orang itu mau melunasi hutangnya, Qays tidak menerimanya. Ia
berkata, “Sesungguhnya kami tidak menerima kembali sesuatu yang telah
kami beri”.
Dengan harta seseorang tidak akan meminta-minta, sehingga ia menjadi pribadi terhormat.
Abu Bakar, orang yang pernah mendermakan semua harta. Dan Umar,
pernah menyumbangkan setengah yang ia miliki. Keduanyapun masih takjub
dengan kedermawanan anak muda yang bernama Qays bin Saad radhiallahu ‘anhuma ini.
Aurah bin Zubair rahimahullah berkata, “Qays bin Saad
menawarkan harta pemberian Muawiyah yang berjumlah 9000. Ia
memerintahkan seseorang untuk mengumumkan kepada penduduk Madinah,
‘Siapa yang ingin berutang, silahkan datang ke rumah Saad’. Ada yang
berutang 4000, 5000, dan 1000nya ia hadiahkan. Setelah itu ia mencatat
orang-orang yang berhutang itu di sebuah buku catatan. Beberapa saat
berlalu, ia jatuh sakit sehingga membuat simpanan bekalnya menipis. Qays
berkata kepada istrinya, Quraibah bin Abi Quhafah, saudara perempuan
Abu Bakar ash-Shiddiq, ‘Quraibah, tidakkah kau llihat perbekalanku
semakin sedikit?’ ‘Hartamu ada pada orang-orang yang berutang’, jawab
Quraibah. Lalu Qays mengutus seseorang menemui setiap pengutang dengan
membawa catatan. Ia memerintahkan orang itu berseru, ‘Siapa yang
memiliki utang pada Qasy bin Saad, maka harta itu untuk dia’. Yakni
telah diberikan kepada mereka dan tak usah membayar.
Kecerdasan Qays bin Saad
Kecerdasan adalah potensi diri yang mengagumkan. Kecerdasan jika
digunakan untuk kebaikan, maka bisa menghadirkan solusi di tengah
kebuntuan masalah. Ide yang cerdas bisa menghadirkan perubahan di tengah
kejumudan. Wajar orang-orang mengidamkan memiliki anggota keluarga yang
cerdas. Qays bin Saad bin Ubadah radhiallahu ‘anhuma adala
sosok pemuda Anshar yang cerdas. Ia jujur dan tahu kapasitas dirinya
ketika mengatakan, “Kalau bukan karena Islam, sungguh aku bisa membuat
konspirasi yang tidak bisa dipadamkan oleh orang-orang Arab”.
Potensi-potensi sumber daya manusia yang
demikian, juga menjadi salah satu alasan Islam diturunkan di Arab. Dan
Nabi ﷺ memilih Madinah sebagai tempat hijrah.
Sebelum Islam, Qays dikenal dengan seorang yang
cerdas dan cerdik. Tidak ada orang di Madinah yang meragukan hal itu.
Saat memeluk Islam, agama mulia ini mengajarkannya berinteraksi dengan
manusia itu harus dengan ikhlasan bukan tipu daya.
Ibnu Syihab mengatakan, “Orang-orang yang
paling cerdik dari bangsa Arab saat terjadi fitnah ada 5 orang. Mereka
dikenal sebagai paling ahli dalam siasat dan strategi yang dimiliki
Arab. Mereka adalah Muawiyah bin Abi Sufyan, Amr bin al-Ash, Qays bin
Saad bin Ubadah, al-Mughirah bin Syu’bah, dan Abdullah bin Budail bin
Warqa al-Khuza’i. Qays dan Budail berada di pihak Ali. Amr berpihak pada
Muawiyah. Sedangkan al-Mughirah tidak berada di pihak oposisi maupun
pihak pemerintah. Kemudian ia memberi solusi untuk dua pihak itu
sehingga kedua-belah pihak bersatu dengan solusi darinya.”
Sumber : www.kisahmuslim.com
0 komentar:
Posting Komentar