20160825

20 Wanita Inspiratif dari Andalusia (edisi 2)

Standard
Tokoh wanita Andalusia 3

Banyak orang mengkhawatirkan, kejayaan Islam atau berpegangnnya suatu negara dengan syariat Islam akan membuat kaum muslimah terkurung dan kehilangan hak-hak mereka. Buktinya, sejarah tidak mecatat demikian. Lihatlah wanita-wanita Andalusia berikut ini:
Kesebelas: Isyraq al-Suwayda al-Arudiyyah.
Isyraq adalah pelayan sekaligus murid dari Abu al-Mutharrif’ Abdurrahman bin Ghalbun al-Qurtubi al-Katib. Dia besar di Valencia dan belajar bahasa Arab, nahwu, dan sastra dari Abu al-Muṭarrif selama saat tinggal di Cordoba. Ketika sang guru pergi dari Cordoba, Isyraq pun ikut pindah dari kota itu. walaupun ia banyak belajar cabang keilmuan kepada al-Mutharrif, namun ia mampu mengungguli gurunya dalam keilmuan.
Isyraq memiliki wawasan luas dan pandai menggubah puisi. Puisi Arab berbeda dengan puisi Indonesia. Seseorang mampu membuat puisi Arab, maka ilmu Bahasa Arab dan gramatikanya berada di level yang tinggi. Apalagi sampai dikatakan orang tersebut mahir dalam puisi. Tentu ini tingkatan keilmuan yang luar biasa.
Abu Dawud Sulaiman bin Najah, seorang qari Alquran, mengatakan, “Aku belajar puisi di bawah bimbingannya. Di hadapannya, kubacakan karya Abu Ali Nawadir dan Abu al-Abbas al-Mubarrad al-Kamil. Ia sepenuhnya hafal kedua karya itu. Dan sering memberikan komentar yang rumit pada keduanya.”
Isyraq meninggal di Valencia pada 443 H/1051 M sebagaimana tercatat dalam buku yang ditulis oleh Ibnu Ayyad yang mengupas tentang wanita-wanita yang ahli dalam membaca Alquran.
Alquran di Andalusia
Alquran di Andalusia
Kedua belas: Zaynab binti Abi Umar Yusuf bin Abdullah bin Muhammad bin Abdul Bar al-Nymayri.
Zaynab tumbuh-besar di wilayah Timur Andalusia. Guru pertamanya adalah ayahnya sendiri. Ia terkenal sebagai wanita yang bijak. Ia juga merupakan ibu dari Ibnu Abdil Bar.
Salah satu contoh tulisan tangan.
Salah satu contoh tulisan tangan.
Ketiga belas: Fatimah binti Abi Ali al-Husein bin Muhammad as-Sadafi.
Fatimah adalah ulama wanita yang berasal dari Zaragoza. Ia tumbuh-besar di Murcia. Ia berpisah dengan ayahnya sedari kecil. Karena sang ayah bergabung dengan militer ci Cutanda. Fatimah seorang ahli ibadah, penghafal Alquran dan hadits, dan mengisi kehidupannya sesuai dengan nilai-nilai Alquran dan Sunnah Rasulullah ﷺ.
Kemampuan Fatimah dalam menulis Arab, luar biasa. Wanita Eropa ini juga sangat gemar membaca. Ia menikah dengan Abu Muhammad Abdullah bin Musa bin Burtulah, seorang ulama Kota Murcia. Mereka dikaruinia beberapa orang anak. Di antaranya adalah Abu Bakar Abdurrahman.
Fatimah meninggal di atas tahun 590 H/ 1194 dengan usia lebih dari 80 tahun.
Keempat belas: Fatimah binti Abil Qashim Abdurrahman bin Muhammad bin Ghalib al-Anshari al-Sharrat.
Fatimah binti Abil Qashim berasal dari Cordoba. Kun-yahnya adalah Ummul Fath. Dia menghafal Alquran dengan riwayat Nafi’ dari ayahnya sendiri. Di bawah bimbingan ayahnya ia mempelajari sejumlah besar buku. Di antranya Tanbih al-Makki, al-Shihab al-Quda’I, Mukhtashar at-Tulaytali. Selain itu, Fatimah juga mempelajari Shahih Muslim, Sirah Ibnu Hisyam, al-Kamil al-Mubarrad, Nawadir al-Baghdadi. Dan buku-buku lainnya. Semuanya di bawah bimbingan sang ayah.
Wanita yang hebat ini, juga seorang ibu yang luar biasa, anaknya, Abu al-Qasim bin al-Ṭaylasan meriwayatkan hadits dan Alquran riwayat warsy darinya.
Fatimah wafat pada tahun 613 H/1216 M. Ia dimakamkan di pemakaman Ummu Salamah bersama ayah dan saudara-saudaranya.

Kelima belas: Sayyidah binti Abdul Ghani bin Ali bin Utsman al-Abdari.
Kun-yahnya adalah Ummul Ala’. Sayyidah berasal dari Granada, tapi ayahnya –sepupu dari Abul Hajjaj bin Yusuf bin Ibrahim bin Utsman al-Thagri- tinggal di Murcia.
Ayahnya menjabat hakim di Orihuela. Kemudian sang ayah meninggal saat ia masih kecil, jadilah Sayyidah seorang anak yatim. Di Murcia, ia banyak belajar Alquran dan menjadi ahli dalam bidang tersebut. Kemampuan menulisnya luar biasa. Ia pun diangkat menjadi seorang pengajar di komplek kerajaan dan istana sampai sekitar tiga tahun menjelang wafat. Karena sakit keras yang ia derita mencegahnya untuk beraktivitas. Di masa-masa itu, ia tetap menyibukkan diri dengan dunia mengajar. Hanya saja, muridnya hanya dua orang putrinya.
Selain sibuk dengan Alquran, buku-buku karya ulama, dan ibadah-ibadah individual, Sayyidah juga menjadi motivator umat dalam kegiatan sosial. Ia berusaha sekuat mungkin menyisihkan kekayaannya untuk membebaskan budak.
Sayyidah wafat karena penyakit yang ia derita pada Selasa sore, tanggal 5 Muharram 647 H/20 April 1249. Ia dimakamkan pada hari Rabu esok harinya. Di dekat masjid, di pinggiran Tunisia.
Tokoh wanita Andalusia 4
Keenam belas: Layla
Layla, mantan budak yang dibebaskan mentri Abu Bakr bin al-Khattab. Layla berasal dari Murcia. Hakim Abu Bakar bin Abi Jamra memujinya sebagai perempuan terbesar di eranya, dalam pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai ilmu.
Banyak laki-laki yang datang meminangnya, tapi ia menolak mereka. Dan kemudian memilih Hakim Agung Granada, Abu al-Qasim bin Hisyam bin Abi Jamra. Seorang ulama yang shaleh dan berpengetahuan luas dan berasal dari keluarga yang mulia.
Layla wafat pada tahun 528 H/1133 M.
Andalusia
Andalusia
Ketujuh belas: Hafshah
Hafsha adalah anak dari seorang ulama, Abu Imran Musa bin Hammad al-Sanhaji. Al-Malahi berkata tentang Hafshah, “Ia menikah dengan hakim Abu Bakr Muhammad bin Ali al-Ghassani al-Marshani. Ia adalah wanita yang mulia. Seorang penghafal Alquran dan cukup mumpuni dalam seni kaligrafi.
Hafshah juga seorang ahli dalam hokum dan akidah. Ia banyak mengutip fatwa ayahnya dalam berbagai kesempatan.
Lahir pada tahun 519 H/1125 M. Dan wafat di Granada. Ia dimakamkan di Pemakaman Bab Elvira

Kedelapan belas: Hafshah binti Abi Abdullah Muhammad bin Ahmad as-Salami.
Hafshah binti Abi Abdullah adalah guru dalam 7 bacaan Alquran (Qiroah Sab’ah). Ia mempelajari qirorah sab’ah dari ayahnya. Dari ayahnya ia juga menghafal banyak buku hadits dan karya-karya para ulama dari berbagai macam disiplin ilmu. Selain itu, ia juga mempelajari kitab al-Muwattha.
Al-Mahalli mengatakan, “Saya mendapatkan informasi bahwa ia membaca kitab al-Muwattha di hadapan kakek dari jalur ayah (paman ayahnya), Abu Bakr Yahya bin Arus at-Tamimi”. Ia adalah wanita yang fasih lisannya dan sangat pandai membaca. Ia dapat membaca manuskrip-manuskrip yang tulisannya sulit dibaca.
Ia wafat di usia muda, 27 tahun. pada 15 Ramadhan 580 H/20 Desember 1184 M.
Tokoh wanita Andalusia 6
Kesembilan belas: Aisyah
Asiyah adalah anak perempuan dari al-Qadhi Abu al-Khattab Muhammad bin Ahmad bin Khalil. Ia meriwayatkan hadits dari ayahnya. Selain itu, ia juga mendapatka ijazah pengakuan keilmuan dari beberapa ulama. Ia dikenal sebagai wanita yang bijak yang memiliki pengetahuan yang detil tentang nasab keluarganya.
Aisyah dikenal sebagai wanita yang teliti, ahli, dan perhatian. Namun ia hanya memiliki sedikit murid.

Kedua puluh: Dhunah binti Abdul Aziz bin Musa bin Thahir bin Muta’.
Dhunah dikenal juga dengan kun-yahnya, Ummu Habibah. Ia adalah istri dari Abul Qasim bin Mudir. Ia belajar di bawah bimbingan Abu Umar bin Abdul Barr dan berhasil menstraskrip beberapa karya gurunya ini. Gurunya yang lain adalah Abul Abbas al-‘Udhri.
Sisi menarik dari Dhunah adalah suaminya belajar darinya. Wanita yang terkenal dengan kerendahan-hati dan keshalehannya ini mampu menulis dengan indah.
Ia lahir ada tahun 437 H/1045 M dan wafat pada tahun 506 H/1112 M.
Tokoh wanita Andalusia 7

Penutup
Demikianlah beberapa figur wanita istimewa di zaman kejayaan Islam di Andalusia. Tentu keistimewaan mereka menjawab keraguan atau tuduhan miring yang diarahkan kepada umat Islam. Tuduhan tanpa bukti yang menyatakan bahwa syariat Islam merendahkan dan menghalangi kemajuan wanita.
Hal menarik lainnya yang kita dapat petik pelajaran dari profil-profil mereka adalah mereka memiliki ayah atau suami yang berilmu. Tidak hanya berilmu, ayah dan suami mereka memiliki perhatian yang besar dalam mendidik keluarganya. Kemudian kesibukan mereka sebagai ibu rumah tangga tidak menghalangi mereka dari menuntut ilmu.


0 komentar:

Posting Komentar