Sebagian orang ada yang menuduh Rasulullah Nuh ‘alaihissalam
bukanlah seorang Rasul yang sabar menghadapi kaumnya, padahal Allah
sendiri menggelarinya ulul azmi di antara para rasul. Alasan orang-orang
yang menuduh Nabi Nuh tidak sabar karena Nabi Nuh memintakan adzab
kepada Allah untuk kaumnya.
Mari pahami alur kisahnya, mengapa Nabi Nuh
mengucapkan demikian, sehingga kita tidak berburuk sangka kepada utusan
Allah yang mulia.
Kaum Nuh adalah kaum yang ingkar kepada Allah
dan Rasul-Nya. Tidak hanya melakukan kekufuran, mereka juga senantiasa
menantang Nabi Nuh untuk mendatangkan adzab sebagai bukti kebenaran
dakwahnya itu. Mereka mengatakan,
يَا نُوحُ قَدْ جَادَلْتَنَا فَأَكْثَرْتَ جِدَالَنَا فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَا إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ
“Hai Nuh, sesungguhnya kamu telah berbantah
dengan kami, dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami, maka
datangkanlah kepada kami adzab yang kamu ancamkan kepada kami, jika
kamu termasuk orang-orang yang benar.” (QS. Hud: 32)
Namun Nabi Nuh tetap bersabar dan tidak
membalas perkataan mereka dengan meng-iya-kannya atau meanggapinya
dengan ancaman, beliau hanya mengatakan bahwa keputusan adzab bukanlah
kehendaknya, melainkan hanya kehendak Allah semata.
قَالَ إِنَّمَا يَأْتِيكُمْ بِهِ اللَّهُ إِنْ شَاءَ وَمَا أَنْتُمْ بِمُعْجِزِينَ
Nuh menjawab, “Hanyalah Allah yang akan mendatangkan azab itu
kepadamu jika Dia menghendaki, dan kamu sekali-kali tidak dapat
melepaskan diri”. (QS. Hud: 33)
Nabi Nuh yang telah berdakwah selama 950 tahun, tidak hanya di siang
hari namun juga di malam hari beliau tidak berhenti menyeru kaumnya.
Selama masa yang panjang itu pula beliau bersabar atas gangguan fisik
maupun psikis yang ia terima.
قَالَ رَبِّ إِنِّي دَعَوْتُ قَوْمِي لَيْلًا وَنَهَارًا فَلَمْ يَزِدْهُمْ دُعَائِي إِلَّا فِرَارًا
Nuh berkata: “Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku siang
dan malam, namun seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari
kebenaran). (QS. Nuh: 6-7)
Tidak hanya menolak seruan Nabi Nuh, mereka pun mengejeknya dengan menutupi telinga-telinga mereka.
وَإِنِّي كُلَّمَا دَعَوْتُهُمْ لِتَغْفِرَ لَهُمْ
جَعَلُوا أَصَابِعَهُمْ فِي آذَانِهِمْ وَاسْتَغْشَوْا ثِيَابَهُمْ
وَأَصَرُّوا وَاسْتَكْبَرُوا اسْتِكْبَارًا
“Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar
Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam
telinganya dan menutupkan bajunya (kemukanya) dan mereka tetap
(mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat.” (QS. Nuh: 8)
Allah Ta’ala pun menanggapi kaum Nuh yang sangat melampaui batas ini dengan berfirman, mengabarkan kepada Rasulullah Nuh ‘alaihi ash-shalatu wa as-salam bahwa tidak ada lagi kaumnya yang akan beriman kepadanya.
وَأُوحِيَ إِلَىٰ نُوحٍ أَنَّهُ لَنْ يُؤْمِنَ مِنْ قَوْمِكَ إِلَّا مَنْ قَدْ آمَنَ فَلَا تَبْتَئِسْ بِمَا كَانُوا يَفْعَلُونَ
“Dan diwahyukan kepada Nuh, bahwasanya
sekali-kali tidak akan beriman di antara kaummu, kecuali orang yang
telah beriman (saja), karena itu janganlah kamu bersedih hati tentang
apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. Hud: 36)
Artinya, tidak akan ada lagi yang akan beriman kepada seruanmu setelah 9 orang yang telah mengikutimu.
Mendengar firman Allah ini, Nuh sadar Allah akan segera menurunkan adzab-Nya kepada kaumnya.
وَقَالَ نُوحٌ رَبِّ لَا تَذَرْ عَلَى الْأَرْضِ مِنَ
الْكَافِرِينَ دَيَّارًا. إِنَّكَ إِنْ تَذَرْهُمْ يُضِلُّوا عِبَادَكَ
وَلَا يَلِدُوا إِلَّا فَاجِرًا كَفَّارًا
“(Jika demikian) Rabb-ku, maka jangan engkau sisakan seorang pun
orang kafir di atas bumi ini. Jika Engkau membiarkan mereka, pastilah
mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu (yang lain), dan mereka pun akan
melahirkan keturunan yang senantiasa berbuat dosa dan kekufuran.” (QS.
Nuh: 26-27)
Demikianlah syariat terdahulu, ketika sebuah kaum melakukan dosa dan
melampaui batas, maka Allah akan menurunkan adzab-Nya langsung di dunia
dengan membinasakan mereka. Lihatlah kaum ‘Add umat Nabi Hud, ketika
mereka ingkar dan terus-menerus menyomobongkan diri, Allah binasakan
mereka dengan angin topan. Umat Nabi Luth, Allah buat mereka binasa
dengan menghujani batu api dari langit kemudian membalikkan bumi yang
mereka pijak. Bangsa Madyan, umat Nabi Syuaib Allah hancurkan mereka
dengan suara guntur yang menggelgar sehingga mereka tewas seketika
seolah-olah tidak pernah ada orang yang tinggal di daerah itu
sebelumnya. Firaun, Qarun, dll. Allah segerakan adzab mereka di dunia
dan nanti adzab yang lebih besar di akhirat.
Berbeda dengan umat Nabi Muhammad yang Allah
utamakan atas umat lainnya, Allah tunda adzab-Nya di akhirat kelak, dan
memperpanjang masa bagi umat Muhammad agar berpikir dan bertaubat. Semua
itu Allah lakukan dengan hikmah dan ilmu-Nya, dan hendaknya kita
bersyukur atas hal ini.
Dan akhirnya adzab yang mereka nanti-nantikan
itu datang, langit menurunkan air yang sangat deras dan bumi pun
mengeluarkan air yang melimpah. Bumi pun menjadi lautan yang sangat
besar, yang ombaknya saja setinggi gunung.
وَهِيَ تَجْرِي بِهِمْ فِي مَوْجٍ كَالْجِبَالِ
“Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung.” (QS. Hud: 42)
Demikianlah Allah menetapkan takdir untuk kaum Nabi Nuh.
0 komentar:
Posting Komentar